BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
secara prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk inquiry dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran
saling berkaitan (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan
pada pengalaman pembelajaran untuk merancang dan membuat suatu karya melalui
penerapan konsep IPA dalam kompetensi berkerja ilmiah secara bijaksana. Cara
membelajarkan siswa tentang konsep gerak benda menjadi masalah dalam
pembelajaran IPA, dikarenakan siswa sulit memahami konsep dan aplikasi konsep
tersebut yang mengakibatkan hasil belajar siswa tidak tercapai, dikarenakan
guru menggunakan metode ceramah lebih banyak dalam menyampaikan pembelajaran. Memang
metode cemarah lebih mudah digunakan untuk menguasai kelas, mudah mempersiapkan
dan melaksanakannya.
Perlu
disadari bahwa mengajarkan IPA dengan menggunakan metode ceramah mudah
menimbulkan verbalisme, kebosanan dan menjadikan siswa pasif. Dengan menerapkan
pendekatan-pendekatan baru dalam proses pembelajaran, akan menghilangkan
kejenuhan dan kebosanan siswa dalam pembelajaran IPA semacam ini dapat
diperbaiki dengan pendekatan inquiry.
Menurut Raharjo (2010:
29) inquiry yaitu “salah satu pendekatan pengajaran dengan cara guru menyuguhkan suatu
peristiwa kepada siswa yang menimbulkan teka-teki, dan memotivasi siswa untuk
mencari pemecahan masalah”. Pendekatan inquiry ditelusuri dari fakta
menuju teori. Dengan harapan agar siswa terangsang untuk mencari dan meneliti,
serta memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri. Dalam pelaksanaannya
pendekatan inquiry dapat dilakukan dengan cara guru membagi tugas
meneliti suatu masalah di kelas III, yaitu tentang materi gerak benda yang
kurang di pahami oleh siswa.
Menurut Hamalik
(2008: 219) “Pendekatan inquiry ini dibentuk atas dasar discovery,
sebab seorang siswa harus menggunakan kemampuannya berdiscovery dan kemampuan
lainnya”. Pendekatan inquiry ( inquiry-based teaching )
adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa (student-centered strategy)
dimana kelompok-kelompok siswa dibawa kedalam suatu persoalan atau mencari
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur
kelompok yang digariskan secara jelas.
Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan dalam
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan, serta sikap yang lebih mantap dan
memadai dalam upaya menciptakan aktifitas penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan
masalah dalam pembelajaran IPA khususnya.
Berdasarkan pengamatan penulis dan data yang telah penulis dapatkan dari
hasil observasi pada hari rabu tanggal 7 September 2011. Hasil belajar siswa kelas
III SDN 22 Ulak Karang Utara Kec Padang Utara masih terlihat rendah pada ujian
semester I tahun pelajaran 2010/2011 dikarenakan: 1) siswa kurang terlibat dalam pemecahan masalah dalam
pembelajaran, 2) siswa lebih banyak menjadi pendengar guru, 3) siswa kurang
terlatih menggali dan menemukan jawaban dari permasalahan, 4) siswa kurang
mendapat pengalaman menarik dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan bahwa, 14
orang dari 19 orang siswa mendapat hasil belajar dengan rata-rata 6,6.
Sedangkan sekolah menetapkan standar ketuntasan minimum (KKM) yaitu 70. Untuk
itulah guru perlu mempelajari dan mempertimbangkan masalah pendekatan mengajar
yang tepat yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan juga memperhatikan
tujuan pengajaran IPA itu sendiri, dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas
maka peneliti membuat judul Skripsi : “Peningkataan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekataan Inquiry di Kelas III SD Negeri 22 Ulak
Karang Utara Kecamatan Padang Utara”.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam
pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1.
Kenyataan
menunjukkan banyak guru melaksanakan pembelajaran IPA di SD tidak berpatokan
pada RPP yang telah dibuatnya.
2.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran masih dominan mengunakan metode ceramah.
3.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih banyak berada di bawah
standar ketuntasan minimum (KKM) yaitu dengan angka 70.
4.
Siswa
kurang terlatih menggali dan menemukan jawaban dari permasalahan.
5.
Guru
kurang bisa mengembangkan pendekatan pembelajaran inguiry.
C.
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka pembatasan masalah
dalam penelitian ini dapat dituliskan
sebagai berikut:
1.
Penelitian
ini hanya membahas rencana pembelajaran IPA pada materi gerak benda, untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 22 Ulak Karang Utara
Kecamatan Padang Utara dengan menggunakan pendekatan inquiry.
2.
Membahas
pendekatan inquiry saja, dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas
III SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara.
3.
Melihat
berapa persentase peningkatan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 22 Ulak
Karang Utara Kecamatan Padang Utara.
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah
perencanaan pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar dengan pendekatan
inquiry di kelas III SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang
Utara?
2.
Bagaimanakah
pelaksanaan pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar dengan
menggunakan pendekatan inquiry di kelas III Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak
Karang Utara Kecamatan Padang Utara?
3.
Bagaimanakah
peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkan pendekatan inquiry pada
siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang
Utara?
E.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Rencana
pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan inquiry di kelas III
Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara.
2.
Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan penggunaan
pendekatan inquiry di kelas III SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan
Padang Utara.
3.
Peningkatan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan inquiry
di Kelas III Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan
Padang Utara.
F.
Manfaat
Penelitian
Hasil
penelitian tindakan kelas ini di harapkan dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak yang terkait, secara khusus manfaat penelitian ini :
1.
Bagi
Peneliti
Memberikan
gambaran yang jelas tentang efektifitas pembelajaran IPA dengan menggunakan
pendekatan inquiry sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Bagi
Siswa
a.
Adanya
kebebasan bagi siswa untuk menemukan hal-hal baru bagi dirinya di dalam
pembelajaran IPA.
b.
Dapat
menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.
c.
Dapat
mempermudah penguasaan konsep, memberikan pengalaman nyata, memberikan dasar
berfikir kongkret sehingga menggurangi verbalisme dalam belajar,
meningkatkan minat belajar dan hasil belajar.
3.
Bagi
Guru
a.
Dapat
menemukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang studi IPA.
b.
Meningkatkan
tingkat percaya diri bagi seorang guru.
c.
Memberi
wawasan, pengetahun dan keterampilan dalam merancang metode yang tepat dan
menarik bagi siswa dan guru.
4.
Bagi
Sekolah
a.
Menemukan
solusi untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan menerapkan pendekatan
inquiry.
b.
Dapat
memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya
iklim pendidikan di sekolah, khususnya pembelajaran IPA.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
A.
Kajian
Teori
1.
Hasil
Belajar
Untuk
mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran, diperlukan hasil belajar. Hasil
belajar siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam meningkatkan pelajaran
yang telah disampaikan guru selama proses pembelajaran dan bagaimana siswa
tersebut dapat menerapkannya dan mampu memecahkan masalah yang timbul sesuai
dengan apa yang sedang dipelajari siswa tersebut.
Menurut Wijaya
(2009: 137) “hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh melalui proses
pembelajaran yang memerlukan waktu, dan terjadi perubahan pada diri orang yang
belajar sesuai dengan tujuan belajar”.
Menurut Bloom, dkk (dalam Tengku, 2001: 83)
Membagi hasil belajar dalam tiga ranah
atau kawasan yaitu: (1) ranah kognitif (cognitive
domain), (2) ranah afektif (affektif
domain), (3) ranah psikomotor (psychomotor
domain). Ketiga ranah atau kawasan
itu di rinci menjadi aspek-aspek sebagai berikut: ranah kognitif meliputi:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah
afektif mencakup penerimaan, partisipasi, penilaian/penetuan sikap.Organisasi
dan pembentukan pola hidup. Serta ranah psikomotor terdiri dari: persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks,
penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas.
Sedangkan
menurut Depdiknas (2006: 13) sebagai berikut:
Hasil
belajar siswa dapat diklarifikasi kedalam tiga ranah (domain), yaitu (1) domain
kognitif pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan
logika, (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar
pribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional),
dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestik,
kecerdasan visual-spasial dan kecerdasan musikal).
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh siswa sehingga pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan yang
mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ketiga hal ini akan diperoleh
setelah siswa melakukan pembelajaran.
2.
Pembelajaran
IPA
a.
Pengertian
IPA
IPA merupakan
pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya yang membahas
gejala-gejala alam berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
oleh manusia. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Powler (dalam Usman, 2006:
2) bahwa “IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang
berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen”.
Menurut
Depdiknas (2006: 484) “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan”.
Hal senada di ungkapkan oleh Sri (2007: 39) “IPA berhubungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah cara berpikir untuk
memperoleh pemahaman tentang alam dan sifat-sifatnya, cara menyelidiki
bagaimana fenomena alam dapat dijelaskan, sebagai batang tubuh pengetahuan yang
dihasilkan dari keingintahuan manusia.
b.
Tujuan
Pembelajaran IPA
Tujuan utama
dari pengajaran IPA pada lingkungan SD adalah agar siswa memahami pengertian
IPA yang saling berkaitan dengan kehidupan sehari-hari serta memahami
lingkungan alam, lingkungan fisik, dan mampu menerapkan metode ilmiah yang
sederhana dan bersikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan
menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Sri (2007: 40) mengemukakan tujuan pembelajaran IPA yaitu :
1)Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan
keberadaan, keindahan,dan keteraturan dan ciptaannya, 2) Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan,teknologi dan masyarakat, 4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah dan membuatkeputusan, 5) Meningkatkan
kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan
lingkungan alam, 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7) Memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan
ke SMP/MTs.
Menurut Sumaji (2004: 35) adalah “agar siswa mampu memahami dan menguasai
konsep konsep IPA serta keterkaitaan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu
menggunakan pendekataan ilmiah untuk memcahkan masalah yang dihadapinya,
sehingga lebih menyadari kebesaraan dan kekuasaan Penciptanya”.
Lepper (dalam Nugraha 2008: 205) mengemukakan tujuan pembelajaran
IPA bagi anak sebagai berikut:
a)Agar siswa
memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya, b) agar siswa memiliki
sikap ilmiah, c) agar siswa mendapat pengetahuan dan informasi ilmiah (yang
lebih dipercaya dan baik), d) agar siswa berminat dan tertarik untuk menghayati
IPA yang berbeda dan ditemukan dilingkungan dan alam sekitarnya.
Hal senada yang diungkapkan oleh Muslichah (2006: 23) menyatakan
bahwa:
Tujuan
pembelajaran IPA di SD adalah: 1) menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif
terhadap sains,teknologi dan masyarakat, 2) mengembangkan keterampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar, 3) mengembangkan pengetahuan dan
pengembangan konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 4) ikut serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah untuk menumbuhkan kesadaran
sejak dini akan pentingnya menjaga, memelihara, dan melestarikan lingkungan
alam, dapat meningkatkan keyakinannya akan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan konsep IPA yang
bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari, serta sebagai pengetahuan dasar
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran di sekolah dasar akan efektif bila
siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh
sebab itu guru sekolah dasar perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di
sekolah dasar.
Prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah dasar
menurut Depdiknas (dalam Maslichah, 2006: 44) adalah “prinsip motivasi,
prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar sambil melakukan (learning
by doing), prinsip belajar sambil bermain, prinsip hubungan sosial”.
Penjelasan dari prinsip-prinsip pembelajaran di
sekolah dasar menurut Depdikbud di atas, dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Prinsip Motivasi,
merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu
motivasi siswa perlu ditumbuhkan, dengan kata lain guru harus dapat berperan
sebagai motivator, sehingga muncul rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran.
2) Prinsip Latar, pada
hakikatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh karena itu dalam
pembelajaran sebaiknya guru perlu mengetahui atau menggali pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman apa yang telah dimiliki siswa, sehingga kegiatan
belajar mengajar tidak berawal dari suatu kekosongan terhadap materi.
3) Prinsip Menemukan,
pada dasarnya siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga berpotensi
untuk mencari guna menemukan sesuatu. Oleh karena itu bila diberi kesempatan
untuk mengembangkan potensi tersebut siswa akan merasa senang atau tidak bosan.
4) Prinsip belajar
sambil melakukan, pengalaman yang diperoleh melalui bekerja merupakan hasil
belajar yang tidak mudah terlupakan. Oleh karena itu dalam proses belajar
mengajar sebaiknya siswa diarahkan untuk melakukan kegiatan.
5) Prinsip belajar
sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana
gembira dan menyenangkan, sehingga akan dapat mendorong siswa untuk melibatkan
diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu
diciptakan suasana yang menyenangkan lewat kegiatan bermain, sehingga muncul
kekreatifan siswa.
6) Prinsip hubungan
sosial; dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika dikerjakan
secara berkelompok. Dari kegiatan kelompok siswa tahu kekurangan dan
kelebihannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerjasama dengan
orang lain.
Menurut Hendro (2004: 15) ada tujuh prinsip pembelajaran
IPA yaitu: “1) Prinsip keterlibatan siswa secara aktif, 2) Prinsip berkesinambungan, 3) Prinsip motivasi, 4) Prinsip multi metode, 5) Prinsip penemuan, 6) Prinsip totalitas, 7) Prinsip perbedaan individu”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan inquiry tidak hanya
didukung oleh prinsip pembelajaran secara umum tetapi lebih diperkuat lagi
dengan prinsip pembelajaran IPA di sekolah dasar. Hal ini membuktikan bahwa pendekatan inquiry sesuai diterapkan
dalam pembelajaran IPA di SD.
d.
Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Ruang lingkup IPA adalah yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari dan yang ada di lingkungan sekitar, mulai dari fenomena alam sampai
gejala terbentuknya suatu benda. Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA untuk
SD/MI menurut Depdiknas (2006: 485) meliputi aspek-aspek berikut :
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan,
yaitu manusia, hewan, hewan dan interaksinya dengan lingkungan, serta
kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat, dan gas.
3) Energi
dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana, 4)
Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
Menurut pendapat Sri (2007: 40) Ruang lingkup pembelajaran IPA
adalah sebagai berikut :
(a) Makhluk hidup
dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan
lingkungan, serta kesehatan. Benda materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi
: cair, padat, gas, (b) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas,
magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (c) Bumi dan alam semesta
meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya.
Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPA untuk SD/MI adalah makhluk
hidup dan proses kehidupannya, sifat-sifat dan kegunaan benda/materi, energi
dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
e.
Materi
Pembelajaran IPA
Gerak Benda
Menurut pendapat Priyono (2008: 105)
menjelaskan gerak benda
sebagai berikut:
Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Benda tak hidup pun
dapat bergerak jika ada yang menggerakkannya. Contohnya, anak berlari, burung
terbang, katak melompat, bola menggelinding karena ditendang, air mengalir dari
tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, dan sebagainya. Mengapa benda
dapat bergerak? Benda dapat bergerak karena ada tenaga yang menggerakkannya.
1)
Gerak Benda Dipengaruhi oleh Bentuk
Benda
Bentuk benda mempengaruhi
gerak benda? Oleh karena bentuk bulat, bola plastik bergerak menggelinding.
Adapun bolak kayu bergerak meluncul karena berbentuk balok. Pada bidang miring,
bola plastik bergerak lebih cepat dibandingkan balok kayu. Dengan demikian,
bentuk benda berpengaruh terhadap gerak benda.
2) Gerak Benda Dipengaruhi oleh
Ukuran Benda
Mengapa suatu benda dapat
bergerak? Meskipun diberi tenaga yang sama, setiap benda memiliki gerak yang
berbeda. Ada benda yang bergerak cepat, ada pula yang bergerak lambat.
Contohnya balok A meluncur lebih cepat dari pada balok B. Hal itu disebabkan
luas permukaan setuhan balok A dengan
bidang miring lebih kecil dibanding balok B. Jika luas permukaan sentuhan balok
lebih kecil, maka hanbatan oleh papan landasan lebih kecil pula. Dengan
demikian, ukuran memengaruhi gerak benda.
3) Manfaat Energi Panas dalam
Kehidupan Sehari-hari
Air pada kain basah jika
terkena panas matahari lama-kelamaan akan kering. Hal ini terjadi karena
peristiwa penguapan. Penguapan lebih cepat terjadi pada kain basah yang
disimpan ditempat yang panas. Adapun, kain basah yang disimpan ditempat teduh
akan lebih lambat kering. Para petani juga memanfaatkan energi panas matahari
untuk mengeringkan hasil panennya. Misalnya, padi, kopi, cengkeh, dan garam.
4) Manfaat Energi Gerak dalam Kehidupan
Sehari-hari
Pernahkah kamu membuat kincir
angin dari kertas? Apa yang terjadi ketika kincir angin kertas buatanmu tertiup
angin? Kincir angin kertas akan bergerak? Semakin kencang angin bertiup,
putaran kincir angin pun semakin cepat. Berputarnya kincir angin disebabkan
adanya energi dari udara yang bergerak. Udara yang bergerak ini dinamakan
angin. Walaupun tidak tampak, angin juga membawa energi, energi itu disebut
energi gerak.
3.
Tinjauan
Tentang Pendekatan Inquiry
a.
Pengertian
Pendekatan Inquiry
Pendekatan inquiry
merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analisis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. Siswa menyelidiki dengan mencari informasi dan
melakukan pertanyaan-pertanyaan dan pembelajaran dimotivasi untuk aktif
berfikir, melibatkan diri dalam kegiatan dan mampu menyelesaikan tugas sendiri.
Menurut Wina
(2011: 196) “pendekatan inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan”.
Menurut Trianto
(2010: 114) “inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari hasil
menemukan sendiri”.
Sedangkan
menurut Hamalik (2004: 220) “pendekatan inquiry adalah pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inquiry ke
dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui
suatu prosesdur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok”.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan inquiry merupakan
suatu pendekatan yang mengarahkan guru untuk mengkondisikan dan memfasilitasi
siswa untuk menemukan sendiri informasi tentang materi pembelajaraan.
b.
Tujuan
Pendekatan Inquiry
Setiap pendekatan mempunyai tujuan yang akan dicapai melalui
pembelajaran, begitu juga dengan
pendekatan inquiry. Menurut Dimyati (2009: 83) pendekatan inquiry
digunakan bertujuan untuk:
a) Meningkatkan
keterampilan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan
belajar, b) mengarahkan siswa sebagai pelajar seumur hidup, c) mengurangi
ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang
diperlukan siswa, d) melatih siswa mengeksplorasikan atau memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber informasi yang tidak akan pernah tuntas untuk digali.
Sedangkan menurut Wina (2011: 197) tujuan penggunaan
pendekatan inquiry adalah “untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara
sistematis, logis, kritis dan mengembangkan kemampuan intelektual sebagai
bagian dari proses mental”.
Menurut Supriyono
Koes (2003: 4) Tujuan pendekatan inquiry
adalah memberi latihan untuk mengembangkan ketrampilan intelektual yang khusus
tidak mencakup menspesifikasi faktor-faktor dari suatu ilmu. Untuk
membantu siswa disiplin yang intelektual diperlukan untuk menaikkan pertanyaan
dan mencari sampai ketemu jawaban yang membendung dari kecurigaan mereka.
Menurut Arends (2007: 386) Pada prinsipnya tujuan pendekatan inquiry
adalah “membantu siswa bagaimana merumuskan pertanyaan, mencari jawaban
atau pemecahan masalah, untuk memuaskan keingintahuannya”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan inquiry
sengaja dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa yang lebih besar,
berorientasi pada proses, untuk menemukan informasi yang diperlukan untuk
mencapai tujuan instruksional. Dengan demikian pendekatan inquiry berorientasi
pada proses dan hasil belajar secara bersama-sama.
c.
Karakteristik Pendekatan Inquiry
Pendekatan inquiry merupakan sebuah pendekatan yang mempunyai
karakteristik kepercayaan penuh kepada siswa untuk mencari solusi permasalahan
dengan kemampuan berfikirnya sendiri.
Menurut Roestiyah (2008: 80) karakteristik pendekatan inquiry adalah
sebagai berikut: “1) Otonomi siswa, 2) Kebebasan dan dukungan pada siswa. 3) Sikap keterbukaan. 4) Percaya diri dan
kesadaran akan harga diri. 5) Self-concept (konsep diri). 6) Pengalaman
inquiry”.
Selanjutnya Supriyono Koes (2003:
13) inkuiry adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran
fisika dan mengacu pada suatu cara mempertanyakan, mencari pengetahuan atau
informasi, atau mempelajari suatu gejala. Wayne Welch, dosen Sains di
Universitas Minnesota, berargumentasi bahwa teknik-teknik yang dibutuhkan untuk
pembelajaran sains yang efektif sama dengan teknik-teknik yang digunakan untuk
penyelidikan ilmiah yang efektif.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendekatan inquiry merupakan
sebuah pendekatan yang mempunyai karakteristik memberikan kepercayaan penuh
kepada siswa untuk mencarikan solusi permasalahannya dengan kemampuan
berfikirnya sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator dan supervisor di dalam
ruangan kelas.
d.
Keunggulan-Keunggulan Pendekatan Inquiry
Adapun menurut
Roestiyah (2008: 76-77) pendekatan inquiry ini memiliki keunggulan yang
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) dapat membentuk
dan mengembangkan “sel-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat
mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik, 2) membantu dalam
menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, 3) mendorong siswa
untuk berpikir dan berkerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur
dan terbuka, 4) mendorong siswa
untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, 5) memberikan
keputusan yang bersifat intrinsik, 6) situasi proses belajar menjadi lebih merangsang, 7) dapat
mengembangkan bakat atau kecakapan individu, 8) memberi
kebebasan siswa untuk belajar sendiri, 9) siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang
tradisional, 10) dapat
memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi.
Sedangkan menurut Wina (2011: 208) kelebihan pendekatan inquiry adalah
sebagai berikut:
1) pendekatan yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pelajaran dengan pendekatan inquiry
lebih bermakna, 2) dapat memberi ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka, 3) merupakan pendekatan yang sesuai dengan
perkembangan psikologi moderen yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman, 4) dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan
berfikir yang bagus tidak terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan yang
lemah dalam belajar.
Menurut Joice-Well
(dalam W. Gulo 2002:96) keunggulan-keunggulan pendekatan inquiry adalah
sebagai berikut:
1) Meningkatkan pemahaman sains, 2) Produktif dalam berpikir
kreatif, 3) Siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi,
4) Menekankan aspek kognitif, afektif dan psikomotor, 5) Memberi ruang kepada
siswa untuk belajar sesuai gaya belajar, 6) Mampu melayani siswa di atas
rata-rata.
Dari bebarapa
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan pembelajaran
dengan pendekatan inquiry tersebut membantu siswa berfikir dan berkerja
sendiri, berfikir objektif jujur dan terbuka. Belajar sesuai dengan perkembangan
psikologi dan dapat melayani berbagai kemampuan berfikir siswa.
e.
Langkah-langkah
Pendekatan Inquiry.
Adapun menurut Wina
(2011: 202) langkah-langkah pendekatan inquiry adalah sebagai berikut:
1) Orientasi, merupakan
langkah untuk menciptakan suasana pembelajaran yang responsif, 2) Merumuskan
masalah yang sesui dangan topik pembelajaran, merupakan langkah untuk membawa
siswa pada suatu permasalahan yang harus dipecahkan, 3) Menetapkan jawaban
sementara (hipotesis) dari permasalahan, salah satu cara yang dapat dilakukan
guru untuk mengembangkan kemanpuan menebak (berhipotesis) pada setiap siswa, 4)
Mengumpulkan informasi data untuk menjawab atau menguji hipotesis membuktikan
apakah hipotesis mereka benar atau tidak, 5) Merumuskan kesimpulan, merupakan
mendeskripsikan temuan-temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis.
Menurut Trianto (2010: 114) langkah-langkah pendekatan inquiry adalah
“1) Observasi (Observation), 2) Bertanya (Questioning),
3) Mengajukan dugaan (Hypbotesis), 4) Pengumpulan data (Data gatbering), 5) Penyimpulan
(Conclussion)”.
Sedangkan Hamalik
(2004: 221) mengemukakan langkah-langkah pendekatan inquiry sebagai
berikut:
1) Mengidentifikasi dan
merumuskan situasi yang menjadi fokus inquiry secara tepat, 2) mengajukan suatu
pertanyaan tentang fakta, 3) memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan
pada langkah ke-2, 4) mengumpulkan informasi
yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang
terkumpul, 5) merumuskan jawaban atas
pertanyaan sesunggunhnya dan menyatakan jawaban sebagai proposisi tentang
fakta.
Berdasarkan beberapa
pendapat di atas tentang langkah-langkah pendekatan inquiry, maka penulis
lebih tertarik menggunakan langkah-langkah yang dikembangkan oleh Wina,
dikarenakan langkah-langkah pendekatan inquiry menurut pendapat Wina
lebih terperinci dan lebih mudah peneliti pahami.
B.
Kerangka
Konseptual
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila materi pembelajaran
dikuasai oleh siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
biasanya dinyatakan dengan nilai setelah diadakan evaluasi diakhir
pembelajaran.
Untuk mengetahui tingkat ketuntasan materi pembelajaran perlu
adanya suatu pendekatan yang dapat membuat siswa memiliki nilai dan prestasi
belajar yang tinggi berupa pendekatan inquiry yang melibatkan siswa
secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran dan dapat mengembangkan
sikap percaya diri pada siswa.
Pendekatan inquiry adalah serangkaian kegiatan pembelajaran
yang pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencapai dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Agar
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiry berjalan lancar dan
efektif maka guru harus memperhatikan langkah-langkah dalam pendekatan inquiry
berdasarkan pendapat Wina (2011: 202) sebagai berikut:
1) Orientasi, merupakan Langkah untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
responsif, 2) merumuskan masalah yang sesui dangan topik pembelajaran,
merupakan langkah untuk membawa siswa pada suatu permasalahan yang harus
dipecahkan, 3) menetapkan jawaban sementara (hipotesis) dari permasalahan,
salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemanpuan menebak
(berhipotesis) pada setiap siswa, 4) Mengumpulkan informasi data untuk menjawab
atau menguji hipotesis membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak, 5)
merumuskan kesimpulan, merupakan mendeskripsikan temuan-temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan inquiry dan jika dapat
terpenuhi maka tercapailah pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan KTSP, yaitu
agar siswa aktif dalam pembelajaran singga dapat mengembangkan potensi yang ada
pada diri siswa dan merasakan arti pentingnya pembelajaran. Dengan menerapkan
pendekatan inquiry pada proses pembelajaran IPA, diharapkan siswa dapat
memiliki ilmu yang mereka temukan sendiri karena mereka telah melalui proses
mencari sendiri ilmu pengetahuan tersebut.
Dari tiga pendapat para ahli di atas tentang
kelebihan-kelebihan pendekatan inquiry yang telah dijelaskannya maka
peneliti membuat gambaran kerangka teorinya berdasarkan pendapat Wina yang digambarkan sebagai berikut:
KERANGKA KONSEPTUAL
Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA di Kelas III SDN 22
Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara Masih Rendah
|
Proses Pembelajaran IPA Pada Materi Gerak Benda
|
Dengan Langkah-Langkah Inquiry
1.
Melakukan
orientasi.
2.
Merumuskan
masalah yang sesuai dengan topik pembelajaran.
3.
Menetapkan
jawaban sementara (hipotesis) permasalahan.
4.
Menggumpulkan
informasi data untuk menjawab dan menguji hipotesis.
5. Merumuskan kesimpulan berdasarkan temuan-temuan dari hasil
pengujian hipotesis.
|
Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA di Kelas III SDN 22
Ulak Karang Utara Kec Padang Utara Meningkatkan
|
C.
Penelitian yang Relevan
Pada penelitian
ini peneliti mengangkat judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekatan Inquiry di Kelas III SDN 22 Ulak
Karang Utara Kecamatan Padang Utara”. Penelitian ini
pernah dilakukan oleh Muhammad Gina
(2007) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery-Inguiry
untuk Meningkatkan Kecakapan Berfikir Rasional” menyimpulkan bahwa model
pembelajaran discovery-inguiry dapat meningkatkan kecakapan berfikir
rasional siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 22 Ulak Karang Utara
Kecamatan Padang Utara. Peneliti melaksanakan di tempat tersebut dengan alasan
peneliti salah satunya adalah karna lokasi sekolah tersebut strategis untuk
peneliti, mau menerima perubahan dan tidak terlalu jauh dari kampus peneliti
sehingga dapat menghemat waktu dan biaya bagi peneliti.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru dan
seluruh siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan
Padang Utara, yang berjumlah 19 siswa terdiri dari 13 siswa putra dan 6 siswa
putri. Mengingat populasi yang jumlahnya tidak terlalu banyak, maka dalam
penelitian ini tidak mengambil sampel sebagai wakil dari populasi, namun
peneliti menjadikan seluruh siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak Karang
Utara sebagai subjek penelitian.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
pada semester II di kelas III SD Negeri 22
Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara. dilaksanakan selama 5 bulan, mulai
bulan Desember sampai April tahun 2012.
B. Rancangan
dan Prosedur Penelitian
1.
Rancangan Penelitian
a. Pendekatan
Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Menurut Nana (2001: 8)
“pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang menggunakan data penelitian yang
diperoleh secara langsung seperti wawancara dan observasi, untuk mengungkapkan
data dalam skala pengukuran tertentu”. Jadi data melalui pendekatan kualitatif
diperoleh secara langsung saat proses penelitian dilakukan, berbeda dengan
pendekatan kuantitatif yang menggunakan instrument penelitian untuk membuat
generalisasi.
Pendekatan kualitatif menggunakan
lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung. Arikunto (2008: 131)
menjelaskan “informasi yang diperoleh dari data penelitian kualitatif berbentuk
kalimat yang memberikan gambaran tentang ekspresi siswa dari segi kognitif dan
efektif”.
Pendekatan kualitatif sangat cocok
dilaksanakan di lapangan karena bersifat alamiah, langsung kepada narasumber
data yang ada, dan peneliti hanya sebagai instrument kunci. Pendekatan
kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil. Pendekatan ini
dilaksanakan secara intensif dimana peneliti ikut berpartisipasi dalam jangka
waktu yang lama di lapangan, mencatat secara verbal apa yang terjadi, melakukan
analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan dan
membuat laporan penelitian secara mendetail.
Menurut Kunandar (2008: 127) Pendekatan kualitatif dapat dianalisis
secara deskriptif. Pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya
dengan penafsiran angka bukan makna secara kebahasaan. Pendekatan kualitatif
digunakan untuk mengolah data yang telah dikumpulkan secara statistik. Dalam
hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif misalnya dalam
mencari rata-rata persentase keberhasilan mengajar dan lain-lain.
Dalam penelitian yang penulis lakukan ini
hasil yang diperoleh berasal dari pemahaman siswa dalam pembelajaran
menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan
ukuran dengan pendekatan inquiry.
b.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan
kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian bersiklus yang
dilakukan guru berdasarkan permasalahan yang ditemukan guru di kelasnya.
Arikunto (2008: 53) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan defenisi dari tiga
kata, penelitian, tindakan, dan kelas sebagai berikut:
1) Penelitian adalah kegiatan mencermati
suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat
dan penting bagi peneliti. 2) Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. 3) Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam
waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Sedangkan
menurut Wijaya (2009: 9) mengemukakan “penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara, 1)
merencanakan, 2) melaksanakan, 3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
pastisifatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil
belajar siswa dapat meningkat”.
Menurut Ebbut
(dalam Kunandar 2008: 33) “penelitian tindakan kelas adalah kajian sistemik
dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil dari tindakan tersebut”.
Berdasarkan pengertian
penelitian tindakan kelas menurut para ahli tersebut, penelitian tindakan kelas
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengamati suatu
objek di dalam kelas yang berhubungan dengan usaha guru untuk melakukan
perbaikan dan perubahan untuk peningkatan hasil belajar.
Peneliti
memilih jenis penelitian ini dengan alasan, peneliti ingin mengetahui bagaimana
cara memberikan motivasi dan meningkatkan hasil belajar IPA dengan pendekatan inquiry pada siswa kelas III SDN 22
Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara.
c.
Alur
Penelitian
Penelitian tindakan kelas
pada hakekatnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan profesional guru
dalam pembelajaran di kelas. Hal ini dilakukan karena adanya tuntutan
masyarakat terhadap masalah pendidikan dewasa ini begitu tinggi, sebagai akibat
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta terjadinya perubahan
masyarakat begitu komplek dan cepat. Seluruh persoalan tersebut berdampak
langsung terhadap guru itu sendiri agar dapat berkerja keras dan lebih
profesional dalam menghadapi semua persoalan tersebut.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian
berdaur menurut Wardhani (2007: 23) yang terdiri dari 4 tahap yaitu:
“merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan melakukan refleksi. Hasil
refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi
rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki
praktek atau belum memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru”.
Model siklus yang digunakan berbentuk spiral sebagaimana
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Ritawati, 2007: 21) meliputi
tahap-tahap: “perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan
(obsever) dan refleksi (reflect).” Kemudian pada siklus yang
kedua dan seterusnya jenis kegiatan yang dilakukan peneliti pada dasarnya sama.
Tetapi ada modifikasi pada tahap perencanaan.
Alur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan dapat
digambarkan seperti berikut ini.
Alur Penelitian Tindakan Kelas
Study pendahuluan tentang penerapan pendekatan inquiry dalam
pembelajaran IPA di kelas III SDN 22
Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara
|
Siklus I
|
Perencanaan I
|
Langkah-langkah Pendekatan Inquiry
1.
Orientasi
2.
Merumuskan
masalah dengan topik pembelajaran.
3.
Merumuskan
hipotensis ( jawaban sementara ) dari permasalahan.
4.
Mengumpulkan
informasi data untuk menjawab.
5. Merumuskan kesimpulan, berupa mendeskripsikan temuan-temuan
berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
|
Tindakan dan Pengamatan
|
Rencana
Pembelajaran I
|
Refleksi I
|
Belum Berhasil
|
Langkah-langkah Pendekatan Inquiry
1.
Orientasi
2.
Merumuskan
masalah dengan topik pembelajaran.
3.
Merumuskan
hipotensis ( jawaban sementara ) dari permasalahan.
4.
Mengumpulkan
informasi data untuk menjawab.
5. Merumuskan kesimpulan, berupa mendeskripsikan temuan-temuan
berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
|
Rencana
pembelajaran II
|
Perencanaan II
|
Siklus II
|
Tindakan dan pengamatan
|
Refleksi II
|
Berhasil
|
Laporan
|
Bagan 2. Dimodifikasi dari Kemmis dan Mc.
Taggart (dalam Ritawati, 2007:
21)
2. Prosedur
Penelitian
a.
Perencanaan
Tindakan
Berdasarkan studi pendahuluan, langkah selanjutnya adalah merencanakan
tindakan beserta perangkat yang akan digunakan selama penelitian berlangsung.
Kegiatan perencanaan difokuskan pada persiapan pelaksanaan tindakan. Persiapan
yang dilakukan adalah mempersiapkan tindakan perencanaan pembelajaran,
mempersiapkan tindakan tahap pelaksanaan, dan mempersiapkan tindakan tahap evaluasi.
Pada tahap perencanaan tindakan ini, perlu dilihat kembali refleksi awal
yang telah dilakukan. Dalam merancang suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja
pembelajaran serta dalam menentukan tindakan apa yang akan diambil perlu
mempertimbangkan keadaan dan suasana subjektif dan objektif. Dalam merencanakan
tindakan ini perlu mempertimbangkan secara jelas dan khusus sesuai dengan
spesifikasi permasalahan yang telah ditemukan dari analisis awal.
Agar pelaksanaan tindakan berjalan dengan baik perlu pula mempertimbangkan
hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan yang boleh dilakukan dan yang wajib
dilakukan. Pada tahap perencanaan ini hal-hal yang perlu dilakukan adalah
merumuskan rencana kegiatan yang meliputi tujuan pembelajaran, tahap kegiatan,
rencana observasi, lembar evaluasi, penyiapan alat pelajaran, jenis kegiatan
yang akan dilakukan, pihak-pihak yang terlibat, setting kegiatan, lembar
pengamatan (observasi), dan instrumen penilaian. Semua aspek ini harus
dirumuskan secara jelas untuk memonitor kegiatan tindakan yang akan
dilaksanakan.
b.
Pelaksanaan
Tindakan
Keseluruhan
tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengadakan
perbaikan terhadap proses pembelajaran IPA yang selama ini prestasi siswa
dianggap rendah karena berada di bawah KKM. Tindakan dalam penelitian ini
berupa penerapan pendekatan inquiry dalam
proses pembelajaran. Setiap tindakan yang dilakukan tersebut selalu diikuti
dengan kegiatan pemantauan dan evaluasi serta analisis dan refleksi.
Dalam tahap
ini, peneliti melakukan observasi untuk mengetahui apakah tindakan yang
dilakukan telah dapat mengatasi permasalahan yang ada. Selain itu peneliti juga
melakukan observasi untuk mengumpulkan data yang akan diolah untuk menentukan
tindakan berikutnya.
1)
Peneliti
melaksanakan pembelajaran IPA dengan penerapan pendekatan inquiry sesuai
dengan rancangan pembelajaran yang telah dibuat.
2)
Guru
dan teman sejawat selaku observer melakukan pengamatan dengan menggunakan
lembar pengamatan aspek guru dan aspek siswa, alat dokumentasi ( kamera).
3)
Peneliti
dan observer melakukan diskusi terhadap tindakan yang dilakukan, kemudian
melakukan refleksi. Hasilnya dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan
selanjutnya.
c.
Pengamatan Tindakan
Kegiatan pengamatan dilakukan untuk memonitor tindakan yang terjadi
di kelas. Dalam tahap ini peneliti mengadakan observasi sebagai partisipasi
pasif dimana peneliti berada di dalam lokasi penelitian namun tidak berperan
aktif dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Peneliti hanya mengamati jalannya
proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Peneliti mencatat bagaimana
keaktifan siswa, mencatat kelemahan dan kelebihan proses pembelajaran yang
telah berlangsung dan mengobservasi hasil belajar.
Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus I
sampai siklus II. Pengamatan yang dilakukan pada satu siklus dapat mempengaruhi
satu tindakan pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan ini kemudian
didiskusikan dengan obsever dan diadakan refleksi untuk perencanaan siklus
berikutnya. Siklus kedua dilakukan apabila siklus satu tidak berhasil dan
selanjutnya apabila siklus kedua berasil maka penelitian dihentikan.
d.
Refleksi
Dengan bantuan hasil analisis data yang diperoleh, peneliti mencoba
merenungkan kembali pelaksanaan tindakan yang telah tercatat melalui
pengamatan. Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis sintensis,
interpretasi dan penjelasan terhadap semua informasi yang diperoleh dari
pelaksanaan tindakan. Refleksi merupakan tahap paling penting untuk memahami
dan memberikan makna terhadap proses dan hasil yang terjadi akibat adanya
tindakan yang dilakukan.
Setelah dilaksanakan tindakan yang disertai dengan observasi dan
penilaian hasil belajar siswa, selanjutnya diadakan refleksi kembali terhadap
hal-hal yang telah terjadi. Catatan observasi dan nilai, penilaian itu sangat
bermanfaat untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan berikutnya.
Tindakan berikutnya dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dan hasil diskusi
peneliti, observer dan guru kelas III yang dilakukan.
Dari hasil penarikan kesimpulan ini, dapat diketahui apakah
penelitian ini berhasil atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan
langkah selanjutnya.
C.
Jenis dan Sumber Data
1. Jenis
Data Penelitian
Jenis data
penelitian berupa hasil pengamatan, hasil wawancara, dan hasil catatan di
lapangan. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif merupakan data yang berisi gambaran tentang kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa pada saat penelitian berlangsung.
Data kualitatif
berisi tentang kekurangan atau kelemahan yang terdapat dalam kegiatan
pembelajaran yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa.
Peneliti merumuskan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan secara alami. Lain
halnya dengan data kuantitatif, data yang diperoleh bersifat statistik, berupa
nilai hasil belajar siswa.
Sedangkan
menurut Denzin (dalam Moleong 2009: 5) “Menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode
yang ada”.
Dari pendapat
di atas maka penelitian ini, membahas tentang fenomena yang terjadi dalam pembelajaran IPA,
kemudian menggunakan pendekatan inquiry dalam pelaksanaanya.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah proses pembelajaran IPA dengan
menggunakan pendekatan inquiry meliputi: perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari orientasi, merumuskan masalah dalam
bentuk pertanyaan, menetapkan hipotesis permasalahan, mengumpulkan informasi
data untuk menguji hipotesis, menganalisa dan menjajikan hasil dalam bentuk
laporan dan kesimpulan, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Data ini diperoleh dari objek penelitian yaitu siswa dan guru kelas
III Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik
Pengumpul Data
Data penelitian
ini di kumpulkan berdasarkan dari hasil pengamatan, hasil tes dan dokumentasi.
Maka dapat di jelaskan sebagai berikut :
a.
Soal
Tes
Tes ini diberikan pada setiap akhir pertemuan kedua tindakan pada setiap pelaksanaan siklus. Hal ini digunakan untuk memperoleh data observasi yang
akurat atas kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran materi gerak benda, di kelas III SDN 22
Ulak Karang Utara Kec Padang Utara.
b. Pengamatan
Pengamatan
dilakukan oleh orang yang terlibat aktif dalam pelaksanaan tindakan. Dalam
pelaksanaan ini digunakan lembar pengamatan untuk mengamati aktivitas peneliti
dan siswa selama pelaksanaan tindakan berlangsung di SDN 22 Ulak Karang Utara
Kec Padang Utara.
c.
Dokumentasi
Dokumentasi
berupa pengambilan foto dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Dokumentasi ini bertujuan untuk melihat kegiatan yang dilakukan guru dan siswa
terutama pada kegiatan tahap-tahap pelaksanaan pendekatan inquiry.
2. Alat
Pengumpulan Data
Alat yang
digunakan untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini dilakukan
melalui :
a.
Lembaran
observasi/pengamatan untuk guru
Lembar
observasi ini di gunakan untuk mengetahui, ada tidaknya guru melakukan kegiatan
yang terdapat pada poin lembaran tersebut.
b.
Lembaran
observasi untuk siswa
Lembaran
ini di untuk mengetahui, ada tidaknya siswa melakukan kegiatan pembelajaran.
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan model analisis data kualitatif dan kuantitatif. Model analisis data
kualitatif menurut Miles dalam
Ritawati, (2007:78) yaitu “analisis data yang dimulai dengan menelaah data
sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul”. Untuk hasil belajar
digunakan analisis data kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis data yang
diperoleh dari nilai evaluasi siswa pada setiap siklus.
Tahap analisis tersebut diuraikan sebagai berikut :
1.
Menelaah data yang terkumpul.
2.
Reduksi data, meliputi pengkategorian dan
pengklasifikasian.
3.
Menyajikan data, dilakukan dengan cara
mengorganisasikan data yang telah direduksi.
Analisis data dilakukan terhadap data yang telah
direduksi baik data perencanaan, pelaksanaan, maupun data evaluasi. Analisis
data dilakukan dengan cara terpisah-pisah. Hal ini dimaksudkan agar dapat
ditemukan berbagai informasi yang spesifik dan terfokus pada berbagai informasi
yang mendukung pembelajaran dan yang menghambat pembelajaran. Dengan demikian
pengembangan dan perbaikan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada
aspek yang bersangkutan.
Sedangkan
model analisis data kuantitatif terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan
pendekatan persentase yang dikembangkan oleh Aderuslina
(2009:6)
dengan menggunakan rumus:
P =
Keterangan: P = Persentase
F = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
Keterangan : 90% –
100% = Sangat baik
80% – 89% = Baik
70% – 79% = Cukup
˂ 70% = Kurang
Sumber : http://imaliadi.blogspot.com/