This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 16 Juni 2014

Kerangka Proposal / Skripsi

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, secara prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inquiry dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran saling berkaitan (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman pembelajaran untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dalam kompetensi berkerja ilmiah secara bijaksana. Cara membelajarkan siswa tentang konsep gerak benda menjadi masalah dalam pembelajaran IPA, dikarenakan siswa sulit memahami konsep dan aplikasi konsep tersebut yang mengakibatkan hasil belajar siswa tidak tercapai, dikarenakan guru menggunakan metode ceramah lebih banyak dalam menyampaikan pembelajaran. Memang metode cemarah lebih mudah digunakan untuk menguasai kelas, mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
Perlu disadari bahwa mengajarkan IPA dengan menggunakan metode ceramah mudah menimbulkan verbalisme, kebosanan dan menjadikan siswa pasif. Dengan menerapkan pendekatan-pendekatan baru dalam proses pembelajaran, akan menghilangkan kejenuhan dan kebosanan siswa dalam pembelajaran IPA semacam ini dapat diperbaiki dengan pendekatan inquiry.
Menurut Raharjo (2010: 29)  inquiry yaitu “salah satu pendekatan pengajaran dengan cara guru menyuguhkan suatu peristiwa kepada siswa yang menimbulkan teka-teki, dan memotivasi siswa untuk mencari pemecahan masalah”. Pendekatan inquiry ditelusuri dari fakta menuju teori. Dengan harapan agar siswa terangsang untuk mencari dan meneliti, serta memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri. Dalam pelaksanaannya pendekatan inquiry dapat dilakukan dengan cara guru membagi tugas meneliti suatu masalah di kelas III, yaitu tentang materi gerak benda yang kurang di pahami oleh siswa.
Menurut Hamalik (2008: 219) “Pendekatan inquiry ini dibentuk atas dasar discovery, sebab seorang siswa harus menggunakan kemampuannya berdiscovery dan kemampuan lainnya”. Pendekatan inquiry ( inquiry-based teaching ) adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa (student-centered strategy) dimana kelompok-kelompok siswa dibawa kedalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.
Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan dalam pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan, serta sikap yang lebih mantap dan memadai dalam upaya menciptakan aktifitas penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran IPA khususnya.
Berdasarkan pengamatan penulis dan data yang telah penulis dapatkan dari hasil observasi pada hari rabu tanggal 7 September 2011. Hasil belajar siswa kelas III SDN 22 Ulak Karang Utara Kec Padang Utara masih terlihat rendah pada ujian semester I tahun pelajaran 2010/2011 dikarenakan: 1) siswa kurang terlibat dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran, 2) siswa lebih banyak menjadi pendengar guru, 3) siswa kurang terlatih menggali dan menemukan jawaban dari permasalahan, 4) siswa kurang mendapat pengalaman menarik dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan bahwa, 14 orang dari 19 orang siswa mendapat hasil belajar dengan rata-rata 6,6. Sedangkan sekolah menetapkan standar ketuntasan minimum (KKM) yaitu 70. Untuk itulah guru perlu mempelajari dan mempertimbangkan masalah pendekatan mengajar yang tepat yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan juga memperhatikan tujuan pengajaran IPA itu sendiri, dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas maka peneliti membuat judul Skripsi : “Peningkataan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekataan Inquiry di Kelas III SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara”.
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1.      Kenyataan menunjukkan banyak guru melaksanakan pembelajaran IPA di SD tidak berpatokan pada RPP yang telah dibuatnya.
2.      Guru dalam melaksanakan pembelajaran masih  dominan mengunakan metode ceramah.
3.      Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih banyak berada di bawah standar ketuntasan minimum (KKM) yaitu dengan angka 70.
4.      Siswa kurang terlatih menggali dan menemukan jawaban dari permasalahan.
5.      Guru kurang bisa mengembangkan pendekatan pembelajaran inguiry.
C.    Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka pembatasan masalah dalam  penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut:
1.      Penelitian ini hanya membahas rencana pembelajaran IPA pada materi gerak benda, untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara dengan menggunakan pendekatan inquiry.
2.      Membahas pendekatan inquiry saja, dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara.
3.      Melihat berapa persentase peningkatan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara.
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan  sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar dengan pendekatan inquiry di kelas III SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara?
2.      Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan inquiry di kelas III Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara?
3.      Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkan pendekatan inquiry pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara?
E.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Rencana pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan inquiry di kelas III Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara.
2.      Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan penggunaan pendekatan inquiry di kelas III SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara.
3.      Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan inquiry  di Kelas III Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara.
F.     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini di harapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait, secara khusus manfaat penelitian ini :
1.      Bagi Peneliti
Memberikan gambaran yang jelas tentang efektifitas pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan inquiry sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.      Bagi Siswa
a.       Adanya kebebasan bagi siswa untuk menemukan hal-hal baru bagi dirinya di dalam pembelajaran IPA.
b.      Dapat menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.
c.       Dapat mempermudah penguasaan konsep, memberikan pengalaman nyata, memberikan dasar berfikir kongkret sehingga menggurangi verbalisme dalam belajar, meningkatkan minat belajar dan hasil belajar.
3.      Bagi Guru
a.       Dapat menemukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang studi IPA.
b.      Meningkatkan tingkat percaya diri bagi seorang guru.
c.       Memberi wawasan, pengetahun dan keterampilan dalam merancang metode yang tepat dan menarik bagi siswa dan  guru.
4.      Bagi Sekolah
a.       Menemukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan menerapkan pendekatan inquiry.
b.      Dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah, khususnya pembelajaran IPA.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
A.    Kajian Teori
1.      Hasil Belajar
Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran, diperlukan hasil belajar. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam meningkatkan pelajaran yang telah disampaikan guru selama proses pembelajaran dan bagaimana siswa tersebut dapat menerapkannya dan mampu memecahkan masalah yang timbul sesuai dengan apa yang sedang dipelajari siswa tersebut.
Menurut Wijaya (2009: 137) “hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang memerlukan waktu, dan terjadi perubahan pada diri orang yang belajar sesuai dengan tujuan belajar”.
Menurut Bloom, dkk (dalam Tengku, 2001: 83)
      Membagi hasil belajar dalam tiga ranah atau kawasan yaitu: (1) ranah kognitif (cognitive domain), (2) ranah afektif (affektif domain), (3) ranah psikomotor (psychomotor domain). Ketiga ranah atau kawasan itu di rinci menjadi aspek-aspek sebagai berikut: ranah kognitif meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif mencakup penerimaan, partisipasi, penilaian/penetuan sikap.Organisasi dan pembentukan pola hidup. Serta ranah psikomotor terdiri dari: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas.
Sedangkan menurut Depdiknas (2006: 13)  sebagai berikut:
Hasil belajar siswa dapat diklarifikasi kedalam tiga ranah (domain), yaitu (1) domain kognitif pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika, (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestik, kecerdasan visual-spasial dan kecerdasan musikal).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa sehingga pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ketiga hal ini akan diperoleh setelah siswa melakukan pembelajaran.
2.      Pembelajaran IPA
a.      Pengertian IPA
IPA merupakan pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya yang membahas gejala-gejala alam berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Powler (dalam Usman, 2006: 2) bahwa “IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen”.
Menurut Depdiknas (2006: 484) “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
Hal senada di ungkapkan oleh Sri (2007: 39) “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah cara berpikir untuk memperoleh pemahaman tentang alam dan sifat-sifatnya, cara menyelidiki bagaimana fenomena alam dapat dijelaskan, sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari keingintahuan manusia.
b.      Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan utama dari pengajaran IPA pada lingkungan SD adalah agar siswa memahami pengertian IPA yang saling berkaitan dengan kehidupan sehari-hari serta memahami lingkungan alam, lingkungan fisik, dan mampu menerapkan metode ilmiah yang sederhana dan bersikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Sri (2007: 40) mengemukakan tujuan pembelajaran IPA yaitu :
1)Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan keberadaan, keindahan,dan keteraturan dan ciptaannya, 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,teknologi dan masyarakat, 4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuatkeputusan, 5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam, 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Menurut Sumaji (2004: 35) adalah “agar siswa mampu memahami dan menguasai konsep konsep IPA serta keterkaitaan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan pendekataan ilmiah untuk memcahkan masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari kebesaraan dan kekuasaan Penciptanya”.
Lepper (dalam Nugraha 2008: 205) mengemukakan tujuan pembelajaran IPA bagi anak sebagai berikut: 
a)Agar siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya, b) agar siswa memiliki sikap ilmiah, c) agar siswa mendapat pengetahuan dan informasi ilmiah (yang lebih dipercaya dan baik), d) agar siswa berminat dan tertarik untuk menghayati IPA yang berbeda dan ditemukan dilingkungan dan alam sekitarnya. 
Hal senada yang diungkapkan oleh Muslichah (2006: 23) menyatakan bahwa:
Tujuan pembelajaran IPA di SD adalah: 1) menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains,teknologi dan masyarakat, 2) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, 3) mengembangkan pengetahuan dan pengembangan konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 4) ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah untuk menumbuhkan kesadaran sejak dini akan pentingnya menjaga, memelihara, dan melestarikan lingkungan alam, dapat meningkatkan keyakinannya akan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan konsep IPA yang bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari, serta sebagai pengetahuan dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
c.       Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran di sekolah dasar akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru sekolah dasar perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah dasar.
Prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah dasar menurut Depdiknas (dalam Maslichah, 2006: 44) adalah “prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing), prinsip belajar sambil bermain, prinsip hubungan sosial”.
Penjelasan dari prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah dasar menurut Depdikbud di atas, dapat diuraikan sebagai berikut :
1)      Prinsip Motivasi, merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu motivasi siswa perlu ditumbuhkan, dengan kata lain guru harus dapat berperan sebagai motivator, sehingga muncul rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran.
2)      Prinsip Latar, pada hakikatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh karena itu dalam pembelajaran sebaiknya guru perlu mengetahui atau menggali pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman apa yang telah dimiliki siswa, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari suatu kekosongan terhadap materi.
3)      Prinsip Menemukan, pada dasarnya siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga berpotensi untuk mencari guna menemukan sesuatu. Oleh karena itu bila diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi tersebut siswa akan merasa senang atau tidak bosan.
4)      Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang diperoleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah terlupakan. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar sebaiknya siswa diarahkan untuk melakukan kegiatan.
5)      Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan, sehingga akan dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan lewat kegiatan bermain, sehingga muncul kekreatifan siswa.
6)      Prinsip hubungan sosial; dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika dikerjakan secara berkelompok. Dari kegiatan kelompok siswa tahu kekurangan dan kelebihannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerjasama dengan orang lain.
Menurut Hendro (2004: 15) ada tujuh prinsip pembelajaran IPA yaitu: “1) Prinsip keterlibatan siswa secara aktif, 2) Prinsip berkesinambungan, 3) Prinsip motivasi, 4) Prinsip multi metode, 5) Prinsip penemuan, 6) Prinsip totalitas, 7) Prinsip perbedaan individu”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan inquiry tidak hanya didukung oleh prinsip pembelajaran secara umum tetapi lebih diperkuat lagi dengan prinsip pembelajaran IPA di sekolah dasar. Hal ini membuktikan bahwa pendekatan inquiry sesuai diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD.
d.      Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Ruang lingkup IPA adalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan yang ada di lingkungan sekitar, mulai dari fenomena alam sampai gejala terbentuknya suatu benda. Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI menurut Depdiknas (2006: 485) meliputi aspek-aspek berikut :
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, hewan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat, dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Menurut pendapat Sri (2007: 40) Ruang lingkup pembelajaran IPA adalah sebagai berikut :
(a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. Benda materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, gas, (b) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (c) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPA untuk SD/MI adalah makhluk hidup dan proses kehidupannya, sifat-sifat dan kegunaan benda/materi, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
e.       Materi Pembelajaran IPA
Gerak Benda
Menurut pendapat Priyono (2008: 105) menjelaskan gerak benda sebagai berikut:
Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Benda tak hidup pun dapat bergerak jika ada yang menggerakkannya. Contohnya, anak berlari, burung terbang, katak melompat, bola menggelinding karena ditendang, air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, dan sebagainya. Mengapa benda dapat bergerak? Benda dapat bergerak karena ada tenaga yang menggerakkannya.
1)      Gerak Benda Dipengaruhi oleh Bentuk Benda
Bentuk benda mempengaruhi gerak benda? Oleh karena bentuk bulat, bola plastik bergerak menggelinding. Adapun bolak kayu bergerak meluncul karena berbentuk balok. Pada bidang miring, bola plastik bergerak lebih cepat dibandingkan balok kayu. Dengan demikian, bentuk benda berpengaruh terhadap gerak benda.
2)      Gerak Benda Dipengaruhi oleh Ukuran Benda
Mengapa suatu benda dapat bergerak? Meskipun diberi tenaga yang sama, setiap benda memiliki gerak yang berbeda. Ada benda yang bergerak cepat, ada pula yang bergerak lambat. Contohnya balok A meluncur lebih cepat dari pada balok B. Hal itu disebabkan luas permukaan setuhan  balok A dengan bidang miring lebih kecil dibanding balok B. Jika luas permukaan sentuhan balok lebih kecil, maka hanbatan oleh papan landasan lebih kecil pula. Dengan demikian, ukuran memengaruhi gerak benda.
3)      Manfaat Energi Panas dalam Kehidupan Sehari-hari
Air pada kain basah jika terkena panas matahari lama-kelamaan akan kering. Hal ini terjadi karena peristiwa penguapan. Penguapan lebih cepat terjadi pada kain basah yang disimpan ditempat yang panas. Adapun, kain basah yang disimpan ditempat teduh akan lebih lambat kering. Para petani juga memanfaatkan energi panas matahari untuk mengeringkan hasil panennya. Misalnya, padi, kopi, cengkeh, dan garam.
4)      Manfaat Energi Gerak dalam Kehidupan Sehari-hari
Pernahkah kamu membuat kincir angin dari kertas? Apa yang terjadi ketika kincir angin kertas buatanmu tertiup angin? Kincir angin kertas akan bergerak? Semakin kencang angin bertiup, putaran kincir angin pun semakin cepat. Berputarnya kincir angin disebabkan adanya energi dari udara yang bergerak. Udara yang bergerak ini dinamakan angin. Walaupun tidak tampak, angin juga membawa energi, energi itu disebut energi gerak.
3.      Tinjauan Tentang Pendekatan  Inquiry
a.      Pengertian Pendekatan Inquiry
Pendekatan inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analisis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Siswa menyelidiki dengan mencari informasi dan melakukan pertanyaan-pertanyaan dan pembelajaran dimotivasi untuk aktif berfikir, melibatkan diri dalam kegiatan dan mampu menyelesaikan tugas sendiri.
Menurut Wina (2011: 196) “pendekatan inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan”.
Menurut Trianto (2010: 114) “inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari hasil menemukan sendiri”.
Sedangkan menurut Hamalik (2004: 220) “pendekatan inquiry adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inquiry ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosesdur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan inquiry merupakan suatu pendekatan yang mengarahkan guru untuk mengkondisikan dan memfasilitasi siswa untuk menemukan sendiri informasi tentang materi pembelajaraan.
b.      Tujuan Pendekatan Inquiry
Setiap pendekatan mempunyai tujuan yang akan dicapai melalui pembelajaran, begitu juga dengan  pendekatan inquiry. Menurut Dimyati (2009: 83) pendekatan inquiry digunakan bertujuan untuk:
a) Meningkatkan keterampilan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar, b) mengarahkan siswa sebagai pelajar seumur hidup, c) mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan siswa, d) melatih siswa mengeksplorasikan atau memanfaatkan lingkungan sebagai sumber informasi yang tidak akan pernah tuntas untuk digali.
Sedangkan menurut Wina (2011: 197) tujuan penggunaan pendekatan inquiry adalah “untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, kritis dan mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental”.
Menurut  Supriyono Koes (2003: 4) Tujuan pendekatan inquiry adalah memberi latihan untuk mengembangkan ketrampilan intelektual yang khusus tidak mencakup menspesifikasi faktor-faktor dari suatu ilmu. Untuk membantu siswa disiplin yang intelektual diperlukan untuk menaikkan pertanyaan dan mencari sampai ketemu jawaban yang membendung dari kecurigaan mereka.
Menurut Arends (2007: 386) Pada prinsipnya tujuan pendekatan inquiry adalah “membantu siswa bagaimana merumuskan pertanyaan, mencari jawaban atau pemecahan masalah, untuk memuaskan keingintahuannya”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan inquiry sengaja dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi pada proses, untuk menemukan informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional. Dengan demikian pendekatan inquiry berorientasi pada proses dan hasil belajar secara bersama-sama.
c.       Karakteristik Pendekatan Inquiry
Pendekatan inquiry merupakan sebuah pendekatan yang mempunyai karakteristik kepercayaan penuh kepada siswa untuk mencari solusi permasalahan dengan kemampuan berfikirnya sendiri.
Menurut Roestiyah (2008: 80) karakteristik pendekatan inquiry adalah sebagai berikut: “1) Otonomi siswa, 2) Kebebasan dan dukungan pada siswa. 3) Sikap keterbukaan. 4) Percaya diri dan kesadaran akan harga diri. 5) Self-concept (konsep diri). 6) Pengalaman inquiry”.
Selanjutnya Supriyono Koes (2003: 13) inkuiry adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran fisika dan mengacu pada suatu cara mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi, atau mempelajari suatu gejala. Wayne Welch, dosen Sains di Universitas Minnesota, berargumentasi bahwa teknik-teknik yang dibutuhkan untuk pembelajaran sains yang efektif sama dengan teknik-teknik yang digunakan untuk penyelidikan ilmiah yang efektif.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendekatan inquiry merupakan sebuah pendekatan yang mempunyai karakteristik memberikan kepercayaan penuh kepada siswa untuk mencarikan solusi permasalahannya dengan kemampuan berfikirnya sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator dan supervisor di dalam ruangan kelas.
d.      Keunggulan-Keunggulan Pendekatan Inquiry
Adapun menurut Roestiyah (2008: 76-77) pendekatan inquiry ini memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) dapat membentuk dan mengembangkan “sel-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik, 2) membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, 3) mendorong siswa untuk berpikir dan berkerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka, 4) mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, 5) memberikan keputusan yang bersifat intrinsik, 6) situasi proses belajar menjadi lebih merangsang, 7) dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, 8) memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri, 9) siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional, 10) dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Sedangkan menurut Wina (2011: 208) kelebihan pendekatan inquiry adalah sebagai berikut:
1) pendekatan yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pelajaran dengan pendekatan inquiry lebih bermakna, 2) dapat memberi ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, 3) merupakan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan psikologi moderen yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman, 4) dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan berfikir yang bagus tidak terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan yang lemah dalam belajar.
Menurut Joice-Well (dalam W. Gulo 2002:96) keunggulan-keunggulan pendekatan inquiry adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan pemahaman sains, 2) Produktif dalam berpikir kreatif, 3) Siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi, 4) Menekankan aspek kognitif, afektif dan psikomotor, 5) Memberi ruang kepada siswa untuk belajar sesuai gaya belajar, 6) Mampu melayani siswa di atas rata-rata.
Dari bebarapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan pembelajaran dengan pendekatan inquiry tersebut membantu siswa berfikir dan berkerja sendiri, berfikir objektif jujur dan terbuka. Belajar sesuai dengan perkembangan psikologi dan dapat melayani berbagai kemampuan berfikir siswa.
e.       Langkah-langkah Pendekatan Inquiry.
Adapun menurut Wina (2011: 202) langkah-langkah pendekatan inquiry adalah sebagai berikut:
1) Orientasi, merupakan langkah untuk menciptakan suasana pembelajaran yang responsif, 2) Merumuskan masalah yang sesui dangan topik pembelajaran, merupakan langkah untuk membawa siswa pada suatu permasalahan yang harus dipecahkan, 3) Menetapkan jawaban sementara (hipotesis) dari permasalahan, salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemanpuan menebak (berhipotesis) pada setiap siswa, 4) Mengumpulkan informasi data untuk menjawab atau menguji hipotesis membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak, 5) Merumuskan kesimpulan, merupakan mendeskripsikan temuan-temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Menurut Trianto (2010: 114) langkah-langkah pendekatan inquiry adalah “1) Observasi (Observation), 2) Bertanya (Questioning), 3) Mengajukan dugaan (Hypbotesis), 4) Pengumpulan data (Data gatbering), 5) Penyimpulan (Conclussion)”.
Sedangkan Hamalik (2004: 221) mengemukakan langkah-langkah pendekatan inquiry sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus inquiry secara tepat, 2) mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta, 3) memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah ke-2, 4) mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul, 5) merumuskan jawaban atas pertanyaan sesunggunhnya dan menyatakan jawaban sebagai proposisi tentang fakta.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang langkah-langkah pendekatan inquiry, maka penulis lebih tertarik menggunakan langkah-langkah yang dikembangkan oleh Wina, dikarenakan langkah-langkah pendekatan inquiry menurut pendapat Wina lebih terperinci dan lebih mudah peneliti pahami.
B.     Kerangka Konseptual
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila materi pembelajaran dikuasai oleh siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai setelah diadakan evaluasi diakhir pembelajaran.
Untuk mengetahui tingkat ketuntasan materi pembelajaran perlu adanya suatu pendekatan yang dapat membuat siswa memiliki nilai dan prestasi belajar yang tinggi berupa pendekatan inquiry yang melibatkan siswa secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran dan dapat mengembangkan sikap percaya diri pada siswa.
Pendekatan inquiry adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencapai dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Agar pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiry berjalan lancar dan efektif maka guru harus memperhatikan langkah-langkah dalam pendekatan inquiry berdasarkan pendapat Wina (2011: 202) sebagai berikut: 
1) Orientasi, merupakan Langkah untuk menciptakan suasana pembelajaran yang responsif, 2) merumuskan masalah yang sesui dangan topik pembelajaran, merupakan langkah untuk membawa siswa pada suatu permasalahan yang harus dipecahkan, 3) menetapkan jawaban sementara (hipotesis) dari permasalahan, salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemanpuan menebak (berhipotesis) pada setiap siswa, 4) Mengumpulkan informasi data untuk menjawab atau menguji hipotesis membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak, 5) merumuskan kesimpulan, merupakan mendeskripsikan temuan-temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan inquiry dan jika dapat terpenuhi maka tercapailah pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan KTSP, yaitu agar siswa aktif dalam pembelajaran singga dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa dan merasakan arti pentingnya pembelajaran. Dengan menerapkan pendekatan inquiry pada proses pembelajaran IPA, diharapkan siswa dapat memiliki ilmu yang mereka temukan sendiri karena mereka telah melalui proses mencari sendiri ilmu pengetahuan tersebut.
       Dari tiga pendapat para ahli di atas tentang kelebihan-kelebihan pendekatan inquiry yang telah dijelaskannya maka peneliti membuat gambaran kerangka teorinya berdasarkan pendapat Wina yang  digambarkan sebagai berikut:
KERANGKA KONSEPTUAL
Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA di Kelas III SDN 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara Masih Rendah
     
     
Proses Pembelajaran IPA Pada Materi Gerak Benda
Dengan Langkah-Langkah Inquiry
1.      Melakukan orientasi.
2.      Merumuskan masalah yang sesuai dengan topik pembelajaran.
3.      Menetapkan jawaban sementara (hipotesis) permasalahan.
4.      Menggumpulkan informasi data untuk menjawab dan menguji hipotesis.
5.      Merumuskan kesimpulan berdasarkan temuan-temuan dari hasil pengujian hipotesis.
Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA di Kelas III SDN 22 Ulak Karang Utara Kec Padang Utara Meningkatkan
 

C.    Penelitian yang Relevan
Pada penelitian ini peneliti mengangkat judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekatan Inquiry di Kelas III SDN 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara. Penelitian ini pernah dilakukan  oleh Muhammad Gina (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery-Inguiry untuk Meningkatkan Kecakapan Berfikir Rasional” menyimpulkan bahwa model pembelajaran discovery-inguiry dapat meningkatkan kecakapan berfikir rasional siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Setting Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara. Peneliti melaksanakan di tempat tersebut dengan alasan peneliti salah satunya adalah karna lokasi sekolah tersebut strategis untuk peneliti, mau menerima perubahan dan tidak terlalu jauh dari kampus peneliti sehingga dapat menghemat waktu dan biaya bagi peneliti.
2.      Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru dan seluruh siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara, yang berjumlah 19 siswa terdiri dari 13 siswa putra dan 6 siswa putri. Mengingat populasi yang jumlahnya tidak terlalu banyak, maka dalam penelitian ini tidak mengambil sampel sebagai wakil dari populasi, namun peneliti menjadikan seluruh siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak Karang Utara sebagai subjek penelitian.
3.      Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II di kelas III SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara. dilaksanakan selama 5 bulan, mulai bulan Desember sampai April tahun 2012.
B.     Rancangan dan Prosedur Penelitian
1.      Rancangan Penelitian
a.      Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Menurut Nana (2001: 8) “pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang menggunakan data penelitian yang diperoleh secara langsung seperti wawancara dan observasi, untuk mengungkapkan data dalam skala pengukuran tertentu”. Jadi data melalui pendekatan kualitatif diperoleh secara langsung saat proses penelitian dilakukan, berbeda dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan instrument penelitian untuk membuat generalisasi.
Pendekatan kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung. Arikunto (2008: 131) menjelaskan “informasi yang diperoleh dari data penelitian kualitatif berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang ekspresi siswa dari segi kognitif dan efektif”.
Pendekatan kualitatif sangat cocok dilaksanakan di lapangan karena bersifat alamiah, langsung kepada narasumber data yang ada, dan peneliti hanya sebagai instrument kunci. Pendekatan kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil. Pendekatan ini dilaksanakan secara intensif dimana peneliti ikut berpartisipasi dalam jangka waktu yang lama di lapangan, mencatat secara verbal apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan dan membuat laporan penelitian secara mendetail.
Menurut Kunandar (2008: 127) Pendekatan kualitatif dapat dianalisis secara deskriptif. Pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka bukan makna secara kebahasaan. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengolah data yang telah dikumpulkan secara statistik. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif misalnya dalam mencari rata-rata persentase keberhasilan mengajar dan lain-lain.
Dalam penelitian yang penulis lakukan ini hasil yang diperoleh berasal dari pemahaman siswa dalam pembelajaran menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran dengan pendekatan inquiry.
b.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian bersiklus yang dilakukan guru berdasarkan permasalahan yang ditemukan guru di kelasnya. Arikunto (2008: 53) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan defenisi dari tiga kata, penelitian, tindakan, dan kelas sebagai berikut:
1) Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2) Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. 3) Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Sedangkan menurut Wijaya (2009: 9) mengemukakan “penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara, 1) merencanakan, 2) melaksanakan, 3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan pastisifatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat”.
Menurut Ebbut (dalam Kunandar 2008: 33) “penelitian tindakan kelas adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan tersebut”.
Berdasarkan pengertian penelitian tindakan kelas menurut para ahli tersebut, penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengamati suatu objek di dalam kelas yang berhubungan dengan usaha guru untuk melakukan perbaikan dan perubahan untuk peningkatan hasil belajar.
Peneliti memilih jenis penelitian ini dengan alasan, peneliti ingin mengetahui bagaimana cara memberikan motivasi dan meningkatkan hasil belajar IPA dengan pendekatan inquiry pada siswa kelas III SDN 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara.
c.       Alur Penelitian
 Penelitian tindakan kelas pada hakekatnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan profesional guru dalam pembelajaran di kelas. Hal ini dilakukan karena adanya tuntutan masyarakat terhadap masalah pendidikan dewasa ini begitu tinggi, sebagai akibat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta terjadinya perubahan masyarakat begitu komplek dan cepat. Seluruh persoalan tersebut berdampak langsung terhadap guru itu sendiri agar dapat berkerja keras dan lebih profesional dalam menghadapi semua persoalan tersebut.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur menurut Wardhani (2007: 23) yang terdiri dari 4 tahap yaitu: “merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan melakukan refleksi. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktek atau belum memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru”.
Model siklus yang digunakan berbentuk spiral sebagaimana dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Ritawati, 2007: 21) meliputi tahap-tahap: “perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (obsever) dan refleksi (reflect).” Kemudian pada siklus yang kedua dan seterusnya jenis kegiatan yang dilakukan peneliti pada dasarnya sama. Tetapi ada modifikasi pada tahap perencanaan.
Alur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan dapat digambarkan seperti berikut ini.
Alur Penelitian Tindakan Kelas
Study pendahuluan tentang penerapan pendekatan inquiry dalam  pembelajaran IPA di kelas III SDN 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara
Siklus I
Perencanaan I
Langkah-langkah Pendekatan Inquiry
1.       Orientasi
2.       Merumuskan masalah  dengan topik pembelajaran.
3.       Merumuskan hipotensis ( jawaban sementara ) dari permasalahan.
4.       Mengumpulkan informasi data untuk menjawab.
5.       Merumuskan kesimpulan, berupa mendeskripsikan temuan-temuan berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Tindakan dan Pengamatan
Rencana Pembelajaran I
Refleksi I
Belum Berhasil
Langkah-langkah Pendekatan Inquiry
1.       Orientasi
2.       Merumuskan masalah  dengan topik pembelajaran.
3.       Merumuskan hipotensis ( jawaban sementara ) dari permasalahan.
4.       Mengumpulkan informasi data untuk menjawab.
5.       Merumuskan kesimpulan, berupa mendeskripsikan temuan-temuan berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Rencana pembelajaran II
Perencanaan II
Siklus II
Tindakan dan pengamatan
Refleksi II
Berhasil
Laporan
 

Bagan 2. Dimodifikasi dari Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Ritawati, 2007: 21)
2.      Prosedur Penelitian
a.       Perencanaan Tindakan
Berdasarkan studi pendahuluan, langkah selanjutnya adalah merencanakan tindakan beserta perangkat yang akan digunakan selama penelitian berlangsung. Kegiatan perencanaan difokuskan pada persiapan pelaksanaan tindakan. Persiapan yang dilakukan adalah mempersiapkan tindakan perencanaan pembelajaran, mempersiapkan tindakan tahap pelaksanaan, dan mempersiapkan tindakan tahap evaluasi.
Pada tahap perencanaan tindakan ini, perlu dilihat kembali refleksi awal yang telah dilakukan. Dalam merancang suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja pembelajaran serta dalam menentukan tindakan apa yang akan diambil perlu mempertimbangkan keadaan dan suasana subjektif dan objektif. Dalam merencanakan tindakan ini perlu mempertimbangkan secara jelas dan khusus sesuai dengan spesifikasi permasalahan yang telah ditemukan dari analisis awal.
Agar pelaksanaan tindakan berjalan dengan baik perlu pula mempertimbangkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan yang boleh dilakukan dan yang wajib dilakukan. Pada tahap perencanaan ini hal-hal yang perlu dilakukan adalah merumuskan rencana kegiatan yang meliputi tujuan pembelajaran, tahap kegiatan, rencana observasi, lembar evaluasi, penyiapan alat pelajaran, jenis kegiatan yang akan dilakukan, pihak-pihak yang terlibat, setting kegiatan, lembar pengamatan (observasi), dan instrumen penilaian. Semua aspek ini harus dirumuskan secara jelas untuk memonitor kegiatan tindakan yang akan dilaksanakan.
b.      Pelaksanaan Tindakan
Keseluruhan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengadakan perbaikan terhadap proses pembelajaran IPA yang selama ini prestasi siswa dianggap rendah karena berada di bawah KKM. Tindakan dalam penelitian ini berupa penerapan pendekatan inquiry  dalam proses pembelajaran. Setiap tindakan yang dilakukan tersebut selalu diikuti dengan kegiatan pemantauan dan evaluasi serta analisis dan refleksi.
Dalam tahap ini, peneliti melakukan observasi untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah dapat mengatasi permasalahan yang ada. Selain itu peneliti juga melakukan observasi untuk mengumpulkan data yang akan diolah untuk menentukan tindakan berikutnya.
1)      Peneliti melaksanakan pembelajaran IPA dengan penerapan pendekatan inquiry sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dibuat.
2)      Guru dan teman sejawat selaku observer melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan aspek guru dan aspek siswa, alat dokumentasi ( kamera).
3)      Peneliti dan observer melakukan diskusi terhadap tindakan yang dilakukan, kemudian melakukan refleksi. Hasilnya dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya.
c.       Pengamatan Tindakan
Kegiatan pengamatan dilakukan untuk memonitor tindakan yang terjadi di kelas. Dalam tahap ini peneliti mengadakan observasi sebagai partisipasi pasif dimana peneliti berada di dalam lokasi penelitian namun tidak berperan aktif dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Peneliti hanya mengamati jalannya proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Peneliti mencatat bagaimana keaktifan siswa, mencatat kelemahan dan kelebihan proses pembelajaran yang telah berlangsung dan mengobservasi hasil belajar.
Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus I sampai siklus II. Pengamatan yang dilakukan pada satu siklus dapat mempengaruhi satu tindakan pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan obsever dan diadakan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Siklus kedua dilakukan apabila siklus satu tidak berhasil dan selanjutnya apabila siklus kedua berasil maka penelitian dihentikan. 
d.      Refleksi
Dengan bantuan hasil analisis data yang diperoleh, peneliti mencoba merenungkan kembali pelaksanaan tindakan yang telah tercatat melalui pengamatan. Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis sintensis, interpretasi dan penjelasan terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi merupakan tahap paling penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil yang terjadi akibat adanya tindakan yang dilakukan.
Setelah dilaksanakan tindakan yang disertai dengan observasi dan penilaian hasil belajar siswa, selanjutnya diadakan refleksi kembali terhadap hal-hal yang telah terjadi. Catatan observasi dan nilai, penilaian itu sangat bermanfaat untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan berikutnya. Tindakan berikutnya dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dan hasil diskusi peneliti, observer dan guru kelas III yang dilakukan.
Dari hasil penarikan kesimpulan ini, dapat diketahui apakah penelitian ini berhasil atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya.
C.    Jenis dan Sumber Data
1.      Jenis Data Penelitian
Jenis data penelitian berupa hasil pengamatan, hasil wawancara, dan hasil catatan di lapangan. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang berisi gambaran tentang kegiatan yang dilakukan guru dan siswa pada saat penelitian berlangsung.
Data kualitatif berisi tentang kekurangan atau kelemahan yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa. Peneliti merumuskan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan secara alami. Lain halnya dengan data kuantitatif, data yang diperoleh bersifat statistik, berupa nilai hasil belajar siswa.
Sedangkan menurut Denzin (dalam Moleong 2009: 5) “Menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada”.
Dari pendapat di atas maka penelitian ini, membahas tentang fenomena yang terjadi dalam pembelajaran IPA, kemudian menggunakan pendekatan inquiry dalam pelaksanaanya.
2.      Sumber Data
Sumber data penelitian adalah proses pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan inquiry  meliputi: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari orientasi, merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, menetapkan hipotesis permasalahan, mengumpulkan informasi data untuk menguji hipotesis, menganalisa dan menjajikan hasil dalam bentuk laporan dan kesimpulan, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Data ini diperoleh dari objek penelitian yaitu siswa dan guru kelas III Sekolah Dasar Negeri 22 Ulak Karang Utara Kecamatan Padang Utara.
D.    Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.      Teknik Pengumpul Data
Data penelitian ini di kumpulkan berdasarkan dari hasil pengamatan, hasil tes dan dokumentasi. Maka dapat di jelaskan sebagai berikut :
a.       Soal Tes
Tes ini diberikan pada setiap akhir pertemuan kedua tindakan pada setiap pelaksanaan siklus. Hal ini digunakan untuk memperoleh data observasi yang akurat atas kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran materi gerak benda, di kelas III SDN 22 Ulak Karang Utara Kec Padang Utara.
b.      Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh orang yang terlibat aktif dalam pelaksanaan tindakan. Dalam pelaksanaan ini digunakan lembar pengamatan untuk mengamati aktivitas peneliti dan siswa selama pelaksanaan tindakan berlangsung di SDN 22 Ulak Karang Utara Kec Padang Utara. 
c.    Dokumentasi
Dokumentasi berupa pengambilan foto dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi ini bertujuan untuk melihat kegiatan yang dilakukan guru dan siswa terutama pada kegiatan tahap-tahap pelaksanaan pendekatan inquiry.
2.      Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini dilakukan melalui :
a.      Lembaran observasi/pengamatan untuk guru
Lembar observasi ini di gunakan untuk mengetahui, ada tidaknya guru melakukan kegiatan yang terdapat pada poin lembaran tersebut.
b.    Lembaran observasi untuk siswa
Lembaran ini di untuk mengetahui, ada tidaknya siswa melakukan kegiatan pembelajaran.
E.     Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model analisis data kualitatif dan kuantitatif. Model analisis data kualitatif menurut Miles dalam Ritawati, (2007:78) yaitu “analisis data yang dimulai dengan menelaah data sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul”. Untuk hasil belajar digunakan analisis data kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari nilai evaluasi siswa pada setiap siklus.
Tahap analisis tersebut diuraikan sebagai berikut :
1.      Menelaah data yang terkumpul.
2.      Reduksi data, meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian.
3.      Menyajikan data, dilakukan dengan cara mengorganisasikan data yang telah direduksi.
Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik data perencanaan, pelaksanaan, maupun data evaluasi. Analisis data dilakukan dengan cara terpisah-pisah. Hal ini dimaksudkan agar dapat ditemukan berbagai informasi yang spesifik dan terfokus pada berbagai informasi yang mendukung pembelajaran dan yang menghambat pembelajaran. Dengan demikian pengembangan dan perbaikan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada aspek yang bersangkutan.
Sedangkan model analisis data kuantitatif terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan persentase yang dikembangkan oleh Aderuslina (2009:6) dengan menggunakan rumus:
P =
Keterangan:     P  =  Persentase
                                    F  =  Jumlah skor  yang diperoleh
                                    N =  Jumlah skor maksimal
Keterangan :    90% – 100%    = Sangat baik
                        80% – 89%      = Baik
                        70% – 79%      = Cukup
                        ˂ 70%              = Kurang



Sumber : http://imaliadi.blogspot.com/

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More